A.
Pengertian
Secara sosiologis pengertian
kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan
saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan
bersama. Disamping itu terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai
kelompok sosial.
1.Menurut Sorjono Soekanto
Kelompok sosial adalah himpunan atau
kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka
secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
2.Menurut Hendro Puspito
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata,
teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya
secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
3.Menurut Paul B. Horton & Chaster L. Hunt
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia
yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.
4. Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan
4. Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan
B. Proses
terbentuknya kelompok sosial
Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu
kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama.
Manusia membutuhkan komunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui
komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal
balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup
berkelompok, yaitu:
1.
Hasrat untuk bersatu
dengan manusia lain di sekitarnya
2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam
sekitarnya
1. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial
a. Dorongan untuk
mempertahankan hidup
b. Dorongan untuk meneruskan keturunan
c. Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
2. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
a. Kesatuan Genealogis atau Faktor Keturunan
b. Kesatuan Religius
c. Kesatuan Teritorial (Community)
d. Kesatuan Kepentingan (Asosiasi)
C. Syarat& Ciri Kelompok Sosial
C. Syarat& Ciri Kelompok Sosial
1. Robert K Merton
-
Memiliki pola interaksi
-
Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sbg anggota kelompok
-
Pihak yg berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sbg anggota kelompok.
2. Soerjono Soekanto
-
Adanya kesadaran sebagai bagian drai kelompok yang bersangkutan
-
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yg lain.
-
Ada suatu factor pengikat yg dimiliki anggota-anggota kelompok, sehingga
hubungan diantara mereka bertambah erat
-
Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilakuyg sama
-
Bersistem dan berproses
-
Suatu kel sosial cenderung tidak bersifat statis, tetapi slalu berkembang
mengalami perubahan-perubahn baik dalam aktifitas maupun bentuknya
D. Tipe-tipe kelompok sosial
a. Klasifikasi Durkheim
- Kelompok dengan solidaritas
mekanik, yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap
-
Kelompok dengan solidaritas organic merupakan bentuk solidaritas yang telah
mengenal pembagian kerja. Bersifat mengikat, sehingga unsur-unsur dalam
masyarakat tsb saling bergantung
b. Klasifikasi Ferdinand Tonnies
-
Gemeinschaft ( informal, mekanik, primer)
- Gesselschaft (formal/ yang punya
kepentingan tertentu, organic, sekunder)
c. Klasifikasi Charles A Hooley&
Ells W Farris
- Kelompok primer yang ditandai
dengan pergaulan dan kerjasama tatap muka yg intim
- Dalam masyarakat juga terdapat
kelompok sekunder yg formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan
Contoh : Koperasi & parpol
d. Klasifikasi W G Sumner
- In group (kelompok dalam)
- Out group (kelompok luar)
e. Klasifikasi Soerjono Soekanto
- Berdasarkan besar kecilnya
jumlah anggota
- Berdasarkan pada kepentingan dan
wilayah
- Berdasarkan derajat organisasi
- Berdasarkan kesadarn terhadap
jenis yg sama
- Berdasarkan hubungan sosial dan
tujuan ( kelompok primer&sekunder)
Dalam konteks
Indonesia, kelompok primer dan sekunder tercermin dalam paguyuban dan
patembayan.
Paguyuban è
Bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya memilki hub batin yang kuat,
bersifat alamiah, dan kekal.
Ciri-cirinya : Intim, yaitu hub menyeluruh
yang mesra.
Privat, yaitu hub yang bersifat
pribadi/khusus.
Ekslusif, yaitu hub tsb hanya untuk
kelompoknya sendiri.
Paguyuban dibedakan atas 3 tipe :
-
Karena ikatan darah/keturunan
-
Karena tempat tinggal
-
Karena jiwa dan pikiran
Patembayan è Bentuk kehidupan bersama dimana antar anggotanya
terdapat ikatan lahir yang bersifat pokok dalam jangka waktu yang relative
pendek.
E. Macam-macam kelompok sosial
1. Klasifikasi
Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut Soerjono
Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan besar
kecilnya anggota kelompok
Menurut George Simmel, besar
kecilnya jumlah anggota kelompok akan memengaruhi kelompok dan pola interaksi
sosial dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel memulai dari satu
orang sebagai perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad.
Kemudian monad dikembangkan menjadi dua orang atau diad,
dan tiga orang atau triad, dan kelompok-kelompok kecil lainnya.
Hasilnya semakin banyak jumlah anggota kelompoknya, pola interaksinya juga
berbeda.
b. Berdasarkan
derajat interaksi dalam kelompok
Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada
beberapa kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, rukun
tetangga, masyarakat desa, akan mempunyai kelompok yang anggotanya saling
mengenal dengan baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan
kelompok sosial seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di mana
anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan
kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community)
merupakan suatu kelompok sosial atas dasar wilayah yang tidak mempunyai
kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi (association)
adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan
tertentu.
d. Berdasarkan
kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu
kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang keberadaannya hanya sebentar karena
kepentingannya juga tidak berlangsung lama. Namun, sebuah asosiasi mempunyai
kepentingan yang tetap.
e. Berdasarkan
derajat organisasi
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang
terorganisasi dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya.
Namun, ada kelompok sosial yang hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti
kerumunan.
Secara umum tipe-tipe kelompok sosial adalah
sebagai berikut.
1.
Kategori statistik,
yaitu pengelompokan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
2.
Kategori sosial, yaitu
kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia).
3.
Kelompok sosial,
misalnya keluarga batih (nuclear family)
4.
Kelompok tidak
teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di suatu tempat pada waktu yang sama
karena adanya pusat perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton
sepak bola.
5.
Organisasi Formal,
yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditentukan terlebih dahulu, misalnya perusahaan.
2. Kelompok
Sosial dipandang dari Sudut Individu
Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak
hanya mempunyai satu kelompok sosial tempat ia menjadi anggotanya. Namun, ia
juga menjadi anggota beberapa kelompok sosial sekaligus. Terbentuknya
kelompok-kelompok sosial ini biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, jenis
kelamin, pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial
tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise tertentu. Namun yang perlu
digarisbawahi adalah sifat keanggotaan suatu kelompok tidak selalu bersifat
sukarela, tapi ada juga yang sifatnya paksaan. Misalnya, selain sebagai anggota
kelompok di tempatnya bekerja, Pak Tomo juga anggota masyarakat, anggota
perkumpulan bulu tangkis, anggota Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga,
anggota Paguyuban masyarakat Jawa dan sebagainya.
3. In-Group
dan Out-Group
Sebagai seorang individu, kita sering merasa
bahwa aku termasuk dalam bagian kelompok keluargaku, margaku, profesiku, rasku,
almamaterku, dan negaraku. Semua kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan
“ku”. Itulah yang dinamakan kelompok sendiri (In group) karena aku
termasuk di dalamnya. Banyak kelompok lain dimana aku tidak termasuk keluarga,
ras, suku bangsa, pekerjaan, agama dan kelompok bermain. Semua itu merupakan
kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua
masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Pada
masyarakat primitif yang masih terbelakang kehidupannya biasanya akan
mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan kelompok sendiri dan
kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang yang saling tidak kenal berjumpa
maka hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya.
Jika mereka dapat menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun akan
bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang sama. Namun,
jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan hubungan antaa keluarga maka
mereka adalah musuh sehingga merekapun bereaksi.
Pada masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak kelompok
sehingga mungkin saja saling tumpang tindih dengan kelompok luarnya. Siswa lama
selalu memperlakukan siswa baru sebagai kelompok luar, tetapi ketika berada di
dalam gedung olahraga mereka pun bersatu untuk mendukung tim sekolah
kesayangannya.
4. Kelompok
Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles Horton Cooley,
kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri saling
mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat
pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi
adalah adanya peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga
tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial
di dalam kelompok primer berisfat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan
total yang mencakup berbagai aspek pengalaman hidup seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan, atau sejumlah
sahabat, hubungan sosial cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok
saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka menyatakan
harapan-harapan, dan kecemasan-kecemasan, berbagi pengalaman, mempergunjingkan
gosip, dan saling memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah
kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa
hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga
tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat
formal, impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat (utilitarian).
Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi
sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas
pribadi tidak begitu penting, tetapi cara kerjanya.
5. Paguyuban
(Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan
patembayan (gesellschaft) dikemukakan olehFerdinand Tonnies.
Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah,
serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam
keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum
ciri-ciri paguyuban adalah:
1.
Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan
mesra
2.
Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
3.
Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk
“kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat
dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban berikut.
1.
Paguyuban karena
ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau
paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau
keturunan. Misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
2.
Paguyuban karena
tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas
orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling
tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
3.
Paguyuban karena jiwa
pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas
orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat
tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan
ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban
karena darah atau keturunan.
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft)
adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu yang
pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary)
serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaftterutama
terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik. Misalnya,
ikatan perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan
sebagainya.
Ciri-ciri hubungan paguyuban dengan patembayan
dapat diketahui dari tabel berikut:
Paguyuban
|
Patembayan
|
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
|
Impersonal
Formal, kontraktul
Utilitarian
Realistis, “ketat”
Khusus
|
6. Formal
Group dan Informal Group
Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok yang
mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya
untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Kriteria rumusan organisasi formal
group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan
usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang
bersifat khusus.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme
administratif. Misalnya, sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua murid, bagian tata usaha dan lingkungan
sekitarnya. Organisasi seperti itu dinamakan birokrasi. Menurut Max Weber,
organisasi yang didirikan secara birokrasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Tugas organisasi didistribusikan
dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
2.
Posisi dalam
organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
3.
Suatu sistem peraturan
memengaruhi keputusan dan pelaksanaannya.
4.
Unsur staf yang
merupakan pejabat, bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan
organisasi.
5.
Para pejabat berharap
agar hubungan atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi
impersonal.
6.
Penyelenggaraan
kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah
kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti.
Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang
berulang kali. Dasar pertemuan-pertemuan tersebut adalah
kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya klik (clique),
yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam
kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya
pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota yang biasanya hanya “antarakita”
saja.
7. Membership
Group dan Reference Group
Mengutip pendapat Robert K Merton,
bahwa membership group adalah suatu kelompok sosial, di mana
setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik
yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan
secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang
tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga
adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok
tersebut walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi
acuan seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan
perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial
bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya,
seseorang yang ingin sekali menjadi anggota TNI, tetapi gagal memenuhi
persyaratan untuk memasuki lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah
laku layaknya seorang perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.
8. Kelompok
Okupasional dan Volunteer
Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto, dapat
melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam masyarakat tersebut
belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia, sistem pembagian kerja pun berubah. Salah satu bentuknya
adalah masyarakat itu sudah berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen.
Pada masyarakat seperti ini, sudah berkembang sistem pembagian kerja yang
didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat akan bekerja
sesuai dengan bakatnya masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin
pudar fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok terdiri atas
orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini sangat besar
peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak
ada masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu
masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini mengakibatkan semakin
heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak semua kepentingan individual
warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibatnya dari tidak terpenuhinya
kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan, muncullah kelompok
volunteer. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan
sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas
jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu
kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa kepentingan itu antara lain:
1.
Kebutuhan akan
sandang, pangan dan papan
2.
Kebutuhan akan
keselamatan jiwa dan harta benda
3.
Kebutuhan akan harga
diri
4.
Kebutuhan untuk
mengembangkan potensi diri
5.
Kebutuhan akan kasih
sayang
E. Kelompok
Sosial yang Tidak Teratur
1. Kerumunan
(Crowd)
Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara
kebetulan di suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya
kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah
kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telingan dapat
mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah orang-orangnya
bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat
sementara (temporer).
Secara garis besar Kingsley Davis membedakan
bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan
yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak penonton atau
pendengar formal (formal audiences), merupakan kerumunan yang mempunyai
pusat perhatian dan tujuan yang sama. Misalnya, menonton film, mengikuti
kampanye politik dan sebagainya.
2) Kelompok ekspresif yang
telah direncanakan (planned expressive group), yaitu kerumunan yang
pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan
yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan
yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kumpulan yang kurang
menyenangkan (inconvenient aggregations). Misalnya, orang yang
sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
2) Kumpulan orang-orang yang
sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu orang-orang yang
bersama-sama berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Dorongan dalam diri
individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai kecenderungan untuk
mempertinggi rasa panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa bumi.
3) Kerumunan penonton (spectator
crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena ingin melihat kejadian
tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan yang
berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kerumunan yang bertindak
emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku. Misalnya aksi demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan yang bersifat
immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan yang hampir sama dengan
kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma masyarakat.
Misalnya, orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang
tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui
alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus,
surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat penghubung semacam ini lebih
memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih
besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat
perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.
F. Masyarakat Setempat
(Community)
Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat
tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu.
Faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar batas wilayahnya.
Secara garis besar masyarakat setempat
berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi kedekatan hubungan antara
hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Akan tetapi, tempat
tinggal tertentu saja belum cukup untuk membentuk suatu masyarakat setempat.
Hal ini masih dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community sentiment).
Beberapa unsur komunitas adalah:
1. Seperasaan
Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok
tersebut. Akibatnya, mereka dapat menyebutnya sebagai “kelompok kami” atau
“perasaan kami”.
2. Sepenanggunan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan
masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan
dirinya tergantung pada komunitas yang meliputi kebutuhan fisik maupun
biologis.
Untuk mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat digunakan
empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:
1.
Jumlah penduduk
2.
Luas, kekayaan, dan
kepadatan penduduk
3.
Fungsi-fungsi khusus
masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
4.
Organisasi masyarakat
yang bersangkutan
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar